Pertemuan The Southeast Asia Laboratory Directors Forum (ALDF) di Yogyakarta
Tahun 2021, Balai Besar Veteriner (BBVet) / Disease Investigation Center (DIC) Wates, Yogyakarta telah disahkan sebagai Pusat Referensi Regional ASEAN untuk Bioinformatika. Dengan pengakuan ini, DIC Wates telah memantapkan dirinya sebagai laboratorium dengan keahlian di bidang bioinformatika di ASEAN, yang merupakan alat interdisipliner untuk menghitung dan menganalisis data biologis, termasuk agen yang berpotensi menyebabkan penyakit pada hewan, tumbuhan, dan manusia. Dengan menggunakan bioinformatika, karakteristik agen penyakit dapat dipelajari secara komprehensif sehingga meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengendalian penyakit.
Hari Kamis (23/11), delegasi dari 9 negara anggota ASEAN mengunjungi BBVetwates di Yogyakarta dalam rangkaian pertemuan The Southeast Asia Laboratory Directors Forum (ALDF) Workshop and Training. Para focal point ASEAN Laboratory Director Forums ini berkumpul di kota Yogyakarta sejak hari Rabu (22/11) untuk mendiskusikan berbagai hal terkait perkembangan laboratorium penyakit hewan di negaranya masing-masing. Delegasi dari 9 negara anggota ASEAN ini juga ingin melihat secara langsung bagaimana dan apa saja yang telah dilakukan oleh DIC Wates untuk mendukung monitoring, surveilans, dan diagnosis berbasis Informasi dan analis molekuler/bioinformatika dan metadata epidemiologis untuk membantu pengambilan keputusan/kebijakan nasional untuk pencegahan dan pengendalian penyakit hewan dan zoonosis. Pada pertemuan ALDF ini juga dilakukan training Monitoring and Evaluation tool of the Regional Strategic Framework for Laboratory Capacity Building and Networking in ASEAN. Training ini merupakan kerjasama antara Indonesia sebagai Host Country, Thailand sebagai Chair Pertemuan ALDF dan FAO RAP melalui Proyek SMART-ASEAN, yang didanai oleh DFAT Australia.
Kepala BBvet Wates, Hendra Wibawa sebagai Focal Point Indonesia untuk ALDF berkesempatan mempresentasikan Peta Jalan Strategis Kemajuan Pusat Referensi Bioinformatika Regional ASEAN.
“Kami mengusulkan agar dibuat suatu sistematika untuk meningkatkan keahlian, infrastruktur, jaringan, pelatihan, diseminasi, layanan, dan pengakuannya melalui berbagai training atau workshop. Oleh karena itu Indonesia akan menyelenggarakan lokakarya bioinformatika setiap tahun untuk memperkuat kapasitas bioinformatika di seluruh ASEAN,” ucap Hendra dalam presentasinya. Oleh karena itu, dimasa depan, Indonesia akan berkolaborasi secara teknis dengan para ahli bioinformatika termasuk dari FAO Indonesia, ACDP Australia, dan lembaga lain untuk senanatiasa meningkatkan kemampuannya.