
Nobar Session 1 Tahun 2025 BBVet Wates berjalan Sukses
*Nobar Session 1: Haemorrhagic Septicaemia pada Sapi - Perkembangan Penyakit Terkini, Diagnosis & Strategi Pengendalian Penyakit*
Selasa, 21 Januari 2025 – Balai Besar Veteriner Wates mengadakan sesi pertama Nogobrol Bareng Pakar (NOBAR) secara daring yang membahas topik penting dalam dunia peternakan, yakni Haemorrhagic Septicaemia (HS) pada sapi. Acara yang dihadiri oleh berbagai stakeholder dari wilayah kerja BBVet Wates, instansi pemerintah, swasta, akademisi, dan masyarakat luas ini bertujuan untuk memberikan wawasan lebih dalam mengenai perkembangan terkini penyakit HS, teknik diagnostik, serta strategi pengendalian dan penanganannya.
Acara dibuka oleh Kepala Balai Besar Veteriner Wates, Drh. Hendra Wibawa, M.Si., Ph.D.
Sesi pertama menghadirkan dua narasumber yang sangat kompeten di bidangnya. Narasumber pertama, drh. Sagung Dewi dari Balai Besar Veteriner Denpasar, membahas tentang perkembangan penyakit HS serta teknik diagnostik terkini. Drh. Sagung Dewi menjelaskan bahwa penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida ini masih menjadi ancaman serius bagi peternakan sapi di Indonesia. Beliau memaparkan bahwa teknik diagnostik terbaru, seperti Polymerase Chain Reaction (PCR), memungkinkan deteksi penyakit secara lebih cepat dan akurat, sehingga tindakan pengendalian bisa dilakukan lebih dini.
"Selain diagnostik yang canggih, vaksinasi merupakan strategi utama dalam pengendalian penyakit ini. Vaksinasi yang rutin dan tepat sasaran dapat menurunkan angka kejadian HS dan meningkatkan kesehatan sapi secara keseluruhan," tambah drh. Sagung Dewi.
Narasumber kedua, Dr. drh. Ully Indah Apriliana, M.Sc., memberikan pemaparan mengenai kejadian penyakit HS dan penanganannya di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Wates. Dr. drh. Ully memaparkan data terkini mengenai distribusi penyakit HS di wilayah tersebut, serta tantangan yang dihadapi dalam pengendaliannya. Beliau menekankan pentingnya upaya bersama antara peternak, pihak veteriner, dan pemerintah untuk mengurangi penyebaran penyakit ini.
“Keberhasilan pengendalian penyakit HS sangat bergantung pada penerapan vaksinasi yang tepat, serta implementasi biosekuriti yang ketat di peternakan. Kolaborasi antara sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat sangat penting untuk mencapainya,” ujar Dr. drh. Ully.
Acara yang berlangsung interaktif ini juga menyediakan sesi tanya jawab, di mana peserta dapat mengajukan pertanyaan langsung kepada narasumber. Berbagai pertanyaan mengenai langkah-langkah praktis dalam pengendalian HS di lapangan, serta tantangan yang dihadapi para peternak, menjadi topik utama dalam diskusi.
Dengan antusiasme yang tinggi dari para peserta, sesi pertama NOBAR ini berhasil memberikan wawasan baru tentang penanganan Haemorrhagic Septicaemia pada sapi. Harapannya, acara seperti ini dapat terus digelar untuk memperkuat pengetahuan dan kapasitas para pihak yang terlibat dalam sektor peternakan, serta meningkatkan kualitas kesehatan hewan di Indonesia.