
Kementan Respon Laporan Kematian Babi di Pasuruan
Pasuruan– Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates merespon adanya laporan kematian babi di Desa Sedaeng, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur. Penyelidikan lapangan dilakukan oleh Tim Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dari Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan.
Investigasi dilakukan dengan mengambil sampel babi untuk pengujian laboratorium guna mengetahui penyebab pasti kematian. Selain itu, tim juga memberikan vitamin dan pengobatan terhadap ternak babi yang sakit untuk mencegah penyebaran penyakit di Pasuruan, Selasa (18/02/2025).
Sebagai upaya penanggulangan dan pencegahan kasus serupa di masa mendatang, tim memberikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada peternak setempat, meliputi manajemen pemeliharaan ternak yang baik dan benar, serta pentingnya menjaga kesehatan hewan ternak.
"Kami bergerak cepat untuk menindaklanjuti laporan kematian babi di Tosari. Pengambilan sampel ini penting untuk mengidentifikasi penyebab kematian dan mencegah penyebaran penyakit. Kami juga mengimbau kepada para peternak untuk selalu menjaga kebersihan kandang dan memberikan pakan yang berkualitas untuk meningkatkan daya tahan tubuh ternak " ujar drh Lestari selaku Ketua Tim Investigasi.
Saat ini, BBVet Wates juga sedang melakukan pengujian pada sampel babi yang dikirimkan Laboratorium Kesehatan Hewan Malang. Investigasi dan pengujian dilakukan untuk mengetahui lebih mendalam tentang kemungkinan adanya penyebab kematian apakah disebabkan oleh infeksi penyakit hewan menular strategis (PHMS) seperti Demam Babi Afrika/ African Swine Fever (ASF) atau penyakit lainnya serta kemungkinan faktor lain yang mempengaruhi penularan penyakit tersebut. Hasil investigasi menjadi bahan masukan pengambilan kebijakan pengendalian PHMS oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan.
ASF merupakan penyakit virus yang sangat menular dan mematikan yang menyerang babi. Penyakit ini tidak berbahaya bagi manusia, tetapi dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak karena tingkat kematiannya yang tinggi. "Kami mengimbau peternak untuk memisahkan babi yang sakit atau menunjukkan gejala aneh dari babi yang sehat. Segera laporkan ke petugas kesehatan hewan terdekat jika menemukan kasus serupa," imbau drh Panti, yang merupakan dokter hewan dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan.
Direktur Kesehatan Hewan, Imron Suandy, menekankan perlunya penerapan biosekuriti yang ketat, disinfeksi dan pembatasan lalu lintas ternak sesuai peta epidemiologi. “Penanganan limbah dan vektor (caplak) di tingkat kandang harus diupayakan, bahkan swill feeding harus dimasak terlebih dahulu untuk membunuh virus, hal sederhana peternak dapat menggunakan pemutih pakaian sebagai bahan disenfektan. Ini langkah penting untuk mengurangi risiko penularan,” jelasnya.